abcd

Yoppa

nuffnang

Lamaah Pertama


فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَن لاَّ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ 1  إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ 2  فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِىَ اللهُ لاَۤ اِلٰهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ 3  حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ 4   لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيمِ 5  يَا بَاقِۤى أَنْتَ الْبَاقِى يَا بَاقِۤى أَنْتَ الْبَاقِى 6  لِلَّذِينَ اٰمَنُوا هُدًى وَشِفَاۤءٌ  7

[Bagi ini, bahagian pertama daripada Maktubat Ketigapuluh-Satu, mengandungi enam pancaran; yang mana setiap satunya menerangkan salah satu daripada sekian banyak Nur kalimah dan ayat penuh berkat di atas. Pembacaan yang jika dilakukan sebanyak tiga puluh tiga kali pada setiap waktu, terutamanya pada waktu antara Maghrib dan Isya' akan mendatangkan banyak keberkatan dan rahmat]




Sesungguhnya munajat Nabi Yunus AS adalah salah satu munajat paling agung dan paling indah serta salah satu saluran paling kukuh supaya doa dikabulkan oleh Allah SWT.
Daripada Saad bin Abi Waqqas RA berkata, Nabi SAW bertanya: "Maukah kalian kuberitahu suatu doa, yang jika kalian memanfaatkan itu ketika ditimpa kesedihan atau bencana, maka Allah akan menghilangkan kesedihan itu?" Para sahabat menjawab: "Ya, wahai Rasulullah." Rasulullah SAW bersabda: "Iaitu, doa Dzun Nun
لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ 
(HR. Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan al-Hakim)



LAMAAH PERTAMA

MUNAJAT AGUNG dan INDAH


DIKISAHKAN bahawa Nabi Yunus AS dilemparkan ke laut lalu ditelan oleh ikan besar dan diombang-ambingkan ombak. Malam yang pekat pun menurunkan tirainya. Nabi Yunus pun ditimpa ketakutan dan terputuslah sebab-sebab pengharapan. Tenggelamlah angan-angan, sehingga dengan merendahkan diri baginda melantunkan doa yang lembut memohon kasih:

أَن لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَـٰنَكَ إِنِّى ڪُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

Dan doa ini yang menjadi sarana keselamatan dan terbebasnya beliau dari penderitaan.

Rahsia agung dari munajat ini adalah bahwa dalam suasana yang mencekam dan menakutkan itu sebab-sebab material sepenuhnya runtuh sehingga sebab-sebab itu tidak dapat mengubah apa pun dan tak dapat memberi pengaruh apapun. Hal itu terjadi kerana yang dapat menyelamatkan beliau dari kondisi tersebut hanyalah yang memiliki kekuasaan terhadap ikan besar, lautan, malam dan angkasa, kerana baik ikan besar, malam yang gelap gulita serta lautan yang ganas telah “sepakat untuk menyerangbeliau. Dengan demikian tidak ada satu sebab pun yang dapat menyelamatkannya, tak ada seorang pun yang dapat mengakhiri penderitaan beliau dan mengantarkannya pada pantai keselamatan dan keamanan kecuali Yang Maha Menguasai malam, ikan besar sekaligus lautannya dan Yang Mampu menundukkan segala sesuatu dengan perintah-Nya... hingga kalaupun dalam suasana yang mencekam dan menakutkan tersebut semua makhluk membantu Nabi Yunus dan siap mematuhi beliau maka hal itu tidak akan memberi manfaat apa pun baginya.

Benar... sebab-sebab itu tidak memberi pengaruh apa pun. Dengan ainul yaqin, Nabi Yunus memandang bahwa tidak ada lagi tempat berlindung kecuali ke haribaan Dzat Pencipta sebab. Dan melalui celah-celah cahaya tauhid yang benderang terbukalah rahsia keesaan Allah hingga munajatnya yang ikhlas itu menundukkan malam, ikan dan lautan secara bersamaan. Bukan hanya itu, bahkan dengan cahaya tauhid yang murni perut ikan yang gelap berubah laksana perut kapal selam, lautan yang ganas dengan ombak yang siap menelan pun berubah bagaikan taman yang penuh keindahan. Awan gemawan pun berarakan di langit. Bulan menampakkan wajahnya yang bersinar bak pelita terang yang muncul di atas kepala beliau. Semuanya kerana munajat tersebut.

Demikianlah makhluk-makhluk yang tadinya mengancam dan menakutkan beliau, sekarang berlalu dengan wajah bersahabat lalu mendekati dengan kasih dan sayang hingga beliau keluar menuju pantai keselamatan dan menyaksikan kemurahan Allah yang Maha Penyayang dari bawah pohon yaktin.8 Oleh kerana itu hendaklah kita melihat pada perspektif munajat itu. Kita berada pada suatu keadaan yang menakutkan dan penuh ancaman berkali-kali lipat dari keadaan yang dialami oleh Nabi Yunus kerana:

Malam yang menaungi kita adalah masa depan dan masa depan kita, jika kita melihatnya dengan pandangan acuh, tampak gelap dan menakutkan bahkan lebih pekat seratus kali lipat dari malam yang dilalui oleh Nabi Yunus.

Lautan kita adalah bumi yang setiap ombaknya membawa beribu jenazah. Kerana itu ia adalah lautan yang menakutkan seratus kali lipat lebih menakutkan daripada lautan tempat Nabi Yunus dilemparkan.

Ikan besar kita adalah nafsu amarah yang kita bawa. la adalah ikan yang ingin menelan dan memusnahkan kehidupan akhirat kita. Ikan ini lebih rakus daripada ikan yang menelan Nabi Yunus kerana ikan yang menelan Nabi Yunus mungkin dapat melenyapkan kehidupan yang lamanya seratus tahun saja sementara nafsu amarah kita berupaya menghancurkan ratusan juta tahun kehidupan abadi yang menyenangkan dan penuh kebahagiaan.

Demikianlah hakikat kondisi kita selamanya oleh kerana itu tidak ada jalan lain kecuali kita mengikuti Nabi kita Yunus AS berjalan di atas petunjuk-Nya, berpaling dari semua sebab lalu menghadap secara langsung kepada Allah yang merupakan penyebab dari segala sebab. Menghadap kepada-Nya dengan sepenuh jiwa dan raga kita mengharap pertolongan-Nya dengan doa:

لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَـٰنَكَ إِنِّى ڪُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

Kita meyakini bahwa masa depan yang menanti kita, dunia yang menampung kita, nafsu amarah yang ada pada diri kita, kerana kelalaian dan kesesatan kita, telah melakukan persekongkolan terhadap kita. Kita pun yakin bahwa tidak ada yang dapat menghilangkan ancaman masa depan, menumpas teror dan bencana-bencana dunia, menjauhkan bahaya nafsu amarah kecuali Dzat yang menguasai masa depan, mengatur dunia, dan menguasai jiwa kita.

Siapakah selain pencipta langit dan bumi yang mengetahui gejolak jiwa kita, siapa selain-Nya yang mengetahui rahasia hati kita dan siapa selain-Nya yang mampu menerangi masa depan dengan menciptakan akhirat bagi kita? Siapakah selain-Nya yang dapat menyelamatkan kita dari riak ombak dunia yang penuh dengan deburan peristiwa? Tidak ... tidak ada yang mampu menjadi penyelamat kecuali Allah. Dia lah yang jika tidak kerana kehendakNya tidak mungkin sesuatu, di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun, mendapatkan pertolongan.

Hakikat keberadaan kita akan terus seperti itu kecuali jika kita menengadahkan tangan tunduk kepada-Nya, meminta pandangan kasih sayang-Nya kepada kita, mengikuti rahasia munajat Nabi Yunus yang mampu mengendalikan ikan besar hingga tunduk kepada beliau sehingga ikan itu laksana kapal selam yang berlayar di bawah laut dan menjadikan lautan bagaikan taman yang indah serta menyelimuti malam dengan pakaian cahaya benderang dengan bulan yang bersinar. Maka kita panjatkan:

لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَـٰنَكَ إِنِّى ڪُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Kita meminta perhatian kasih Ilahi untuk masa depan kita dengan ungkapan:
لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ
Dengan munajat itu kita peruntukan bagi kehidupan kita dengan kalimah:

 سُبۡحَـٰنَكَ 

Dan disambung dengan: إِنِّى ڪُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ  kita mengakui kekhilafan diri, maka berharap Dia memandang kita dengan pandangan kasih sayangNya agar masa depan kita akan dipenuhi dengan sinaran cahaya iman dan al-Quran,9 juga agar malam mencekam berganti menjadi aman dan menyenangkan agar kita dapat mengakhiri misi serta tugas kehidupan kita dengan tiba di pantai keselamatan, masuk dalam pelukan kebenaran Islam. Dengan kebenaran—yang merupakan bahtera yang telah disediakan oleh al-Quran—itu kita berlayar mengarungi gelombang kehidupan di atas ombak usia serta abad yang membawa jenazah tak terhitung banyaknya. Dan yang mengantarkan mereka pada kematian, mengganti kematian dengan kehidupan di dunia kita ini tanpa kenal lelah. Kerana itu mari kita melihat pemandangan yang menakutkan ini melalui kaca mata Qurani, nescaya pemandangan tersebut berubah menjadi pemandangan yang segar dan sentiasa baru. Pembaharuannya yang terus-menerus itu telah menghilangkan keterasingan yang menakutkan yang muncul dari tiupan badai dan gempa di lautan untuk kemudian berganti menjadi pandangan yang penuh hikmah dan pelajaran serta membangkitkan pengamatan dan pemikiran tentang ciptaan Allah. Maka, kehidupan kita diterangi dengan keindahan pembaharuan tersebut. Pada saat itu, nafsu amarah tidak dapat mengalahkan kita bahkan kitalah yang menguasainya dengan rahasia yang diberikan oleh al-Quran. Bahkan dengan pelajaran Qurani tersebut, kita mampu mengendalikan nafsu amarah sehingga menjadi tunduk pada kehendak kita dan mendapatkan sarana yang baik dan bermanfaat untuk mendapatkan kejayaanan dalam kehidupan yang abadi.


RINGKASAN

Sebagaimana manusia yang terdiri dari substansi yang lengkap menderita dari demam ringan, begitu juga menderita dengan goncangan gempa di dunia dan gempa besar yang akan terjadi ketika hari kiamat. Manusia takut pada bakteri kecil seperti juga ia takut terhadap meteor-meteor yang muncul di angkasa. Manusia mencintai rumahnya dan merasa nyaman di dalamnya sebagaimana ia mencintai dunia yang besar ini. Manusia suka akan tamannya yang kecil seperti ia merindukan surga abadi dan berharap untuk menghuninya.
Begitulah selalu kehidupan manusia. Karena itu tidak ada sesembahan, pencipta, pengatur, pelindung selain Dzat yang di tangan-Nya rahasia langit dan bumi. Segala sesuatu tunduk pada aturan-Nya, oleh karena itu manusia pasti sangat butuh untuk menghadapkan wajah kepada Allah serta menundukkan diri di hadapan-Nya seperti Nabi Yunus AS dengan munajatnya:

لآ إِلَـٰهَ إِلآّ أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
10سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ



  1. Maka ia pun berteriak dalam keadaan yang gelap-gelita dengan berkata: “Sesungguhnya tiada Tuhan (yang dapat menolong) melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri”
    (Surah al-Anbiya’ [21]:87)

  2. Ketika ia berdoa merayu kepada Tuhannya dengan berkata: “Sesungguhnya aku ditimpa penyakit, sedang Engkaulah sahaja yang lebih mengasihani daripada segala (yang lain) yang mengasihani.”
    (Surah Al-Anbiyaa' [21]:83)

  3. Maka jika mereka berpaling ingkar, maka katakanlah: “Cukuplah bagiku Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; kepadaNya aku berserah diri, dan Dia lah yang mempunyai Arasy yang besar.”
    (Surah At-Taubah [9]:129)

  4.  “Cukuplah Allah untuk (menolong) kami, dan Ia sebaik-baik pengurus (yang terserah kepadaNya segala urusan kami)” (Surah Ali Imran [3]:173)

  5.  “(Aku) tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan (pertolongan) Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”
    (Hadis Riwayat; Lihat al-Bukhari, Maghazi, no.38; dan Muslim, Dzikr, 44-6)

  6.  “Wahai Yang Maha Kekal, Engkaulah Yang Maha Kekal. Wahai Yang Maha Kekal, Engkaulah Yang Maha Kekal.”

  7. “Petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (Surah al-Fussilat [41]:44)

  8. Sejenis pohon labu:
    “Dan Kami tumbuhkan (untuk melindunginya) sebatang pokok (labu) yang berdaun lebar.”
    (Surah As-Saaffaat [37]:146)

  9. Lihat: Bukhari, Azan, 149; Tawhid, 9; Dan Muslim, Dzikr, 47-8; Hudud, 23

  10. “Maha suci Engkau. Tidaklah kami memiliki pengetahuan kecuali yang Engkau ajarkan pada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."
    (Surah al-Baqarah [2]:32)