abcd

Yoppa

nuffnang

Lamaah Ke-11

Nuktah 8: Mengikuti as-Sunnah Mendapatkan Kebahagiaan


Ayat al-Quran yang berbunyi:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan) bagimu, serta amat belas kasih dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Surah at-Taubah [9]: 128)
Yang menunjukkan kesempurnaan kasih sayang dan keprihatinan Rasulullah SAW terhadap umatnya; Sementara ayat seterusnya yang berbunyi; فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِىَ اللهُ
“Jika mereka berpaling (dari keimanan) katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku’.” 
Sesungguhnya, ayat فَاِنْ تَوَلَّوْا ini menegaskan kepada:
“Wahai manusia, wahai kaum muslimin, ketahuilah sungguh kalian tidak memiliki kesedaran dan tak masuk akal apabila kalian berpaling daripada Sunnah Nabi SAW yang penyayang serta berpaling dari hukum-hukum yang disampaikannya, seolah-olah mendustakan dan mengingkari sifat kasihnya yang terbukti jelas pada dirinya. Sebab, beliau telah memberikan petunjuk kepada kalian dengan kasihnya yang luas. Dialah yang telah mencurahkan segala kekuatan yang diberikan kepadanya demi kebaikan kalian seraya mengubati luka-luka kerohanian yang ada pada kalian dengan sapuan sunnah yang suci.
“Sementara, wahai Rasulullah yang penyayang dan Nabi yang pengasih! Sekiranya mereka tidak mengenali kasih sayangmu yang luas itu serta berpaling dalam kebodohan dan enggan mengikuti, maka janganlah engkau risau. Cukuplah bagimu Tuhan yang Maha Agung, langit dan bumi berada di bawah pelupusan sokongan takhta, Arasy Al-Azim kekuasaan pemerintahan Dzat Zul-Jalal. Dia akan mengumpulkan di sekitarmu orang-orang yang taat kepadamu, serta menjadikan mereka sebagai orang-orang yang mahu mendengarkanmu dan redha dengan hukummu.”
Ya, tidak ada satupun perkara dalam syariat dan Sunnah Nabi SAW melainkan ia mengandungi berbagai-bagai hikmah. Aku yang fakir ini mengakui hal tersebut dengan segala kekuranganku. Aku siap untuk membuktikan pernyataanku ini. Apa yang telah kutulis hingga saat ini iaitu lebih dari tujuh puluh risalah ibarat tujuh puluh saksi jujur terhadap hikmah dan hakikat yang dikandung oleh Sunnah dan Syariah Nabi SAW. Andaikan topik tersebut diberi penilaian, lalu ditulis tujuh puluh risalah bahkan tujuh ribu risalah sekalipun, niscaya takkan cukup menampung semua hikmah yang ada di dalamnya.

Selain itu, aku telah merasakan dan menyaksikan secara langsung, bahkan aku memiliki seribu pengalaman bahawa hukum syariah dan Sunnah Nabi SAW merupakan ubat terbaik dan paling mujarab untuk berbagai penyakit rohani, mental, dan jiwa. Terutama yang terkait dengan aspek sosial kemasyarakatan. Masalah-masalah falsafah dan hikmah tidak dapat menggantikan mereka. Berikutan itu, kesaksian dan perasaan aku nyatakan hal ini. Mereka yang meragukan pernyataanku ini boleh lah menelaah kembali beberapa bahagian dari Risalah Nur.

Dengan mengikuti Sunnah Nabi SAW semampu mungkin, kita akan mendapatkan keuntungan yang besar, kebahagiaan hidup yang abadi, serta kecemerlangan di dunia.



Nuktah 9: Sunnah Memadai Bagi Yang Mencari Cahaya


Mengikuti setiap jenis sunnah Nabi SAW secara keseluruhan dapat dilaksanakan oleh hanya orang-orang pilihan yang istimewa. Namun, setiap orang bisa mengikutinya dengan niat, maksud, dan tekad untuk komitmen dan menerimanya. Seperti telah diketahui bersama, kita harus komitmen dalam menjalankan as-Sunnah yang bersifat wajib. Sementara as-Sunnah yang bersifat sunnah jika ditinggalkan dan diabaikan, meskipun tidak berdosa, tetapi merupakan tindakan menyia-nyiakan ganjaran yang besar, serta jika diubah akan menjadi kesalahan besar. Adapun sunnah Nabi SAW yang berkisar dalam persoalan adat dan muamalah jika diikuti akan mengubah adat tersebut menjadi sebuah ibadah. Orang yang meninggalkannya memang tidak tercela, hanya saja dengan begitu ia tidak mendapat cahaya kehidupan kekasih Allah, Nabi SAW.

Adapun perbuatan bida’ah, ia merupakan tindakan mengadakan-adakan perkara baru dalam urusan ibadah. Tindakan tersebut tentu saja tertolak sebab bertentangan dengan ayat yang berbunyi:
Tetapi, jika hal-hal baru itu terkait dengan masalah wirid, zikir, dan bacaan yang terdapat dalam tarekat sufi, ia tidak termasuk bida’ah selama landasan utamanya terambil dari al-Quran dan as- Sunnah. Iaitu yang memenuhi syarat dengan tidak menyalahi dan mengubah sunnah Nabi SAW. Memang ada sesetengah ulama yang meletakkan sesetengah dari hal semacam itu sebagai bida’ah. Namun, mereka menyebutnya sebagai bida’ah hasanah (yang baik). Hanya saja al-Imam ar-Rabbani berpendapat, “Dalam perjalananku mengharungi pancaran rohani, aku melihat bahawa bacaan-bacaan yang bersumber dari Rasulullah SAW memantulkan kilau dan cahaya berkat pancaran sunnah baginda. Sedangkan wirid-wirid yang hebat dan keadaan menakjubkan yang tak bersumber dari baginda sama sekali tidak memantulkan kilau dan cahaya tersebut. Dari sini aku kemudian memahami bahwa pancaran cahaya sunnah merupakan ubat yang berkesan. As-Sunnah telah cukup bagi mereka yang mencari cahaya. Jadi, tak perlu lagi mencari cahaya diluar itu.”

Pernyataan si tokoh ahli hakikat dan syariat ini menjelaskan kepada kita bahawa as-Sunnah merupakan landasan utama kebahagiaan seseorang baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, ia merupakan sumber kesempurnaan dan kebaikan.

Ya Allah, kurniakanlah kepadaku kemampuan untuk mengikuti as-Sunnah yang mulia!

Allah berfirman:
Wahai Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan, dan kami mengikut RasulMu; Oleh itu masukkanlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (yang mengakui keesaanMu dan kebenaran RasulMu)