abcd

Yoppa

nuffnang

Lamaah Ke-11

Nuktah 6: Jenis-jenis Sunnah

Nabi SAW bersabda: كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
“Setiap bida’ah sesat dan setiap kesesatan adalah di neraka”.
Maksudnya, sesudah kaedah-kaedah syariat yang mengagumkan dan aturan as-Sunnah yang suci itu terwujud dalam bentuk yang sempurna seperti yang ditunjukkan oleh bunyi firman Allah:
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu 
maka merendahkan as-Sunnah dengan melakukan sesuatu yang baru, atau menciptakan berbagai bida’ah yang mengindifikasikan kekurangan kaedah tadi merupakan sebuah kesesatan yang tempatnya adalah neraka.

Sunnah Nabi SAW mempunyai beberapa peringkat: Ada yang bersifat wajib yang tak boleh ditinggalkan. Jenis ini dijelaskan dalam syariat secara terperinci. Ia termasuk al-muhkamat. Ertinya ia tak boleh diganti atau diubah selamanya. Lalu ada Sunnah Nabi SAW yang bersifat sunat; ia terbahagi lagi menjadi dua:
  1. Sunnah-sunnah Nabi SAW yang terkait dengan masalah ibadah. Ini juga dijelaskan dalam kitab-kitab syariah. Mengubah sunnah jenis ini termasuk perbuatan bida’ah.

  2. Adapun yang lain disebut dengan adab. Hal ini dikhabarkan dalam buku-buku sejarah perjalanan hidup baginda yang agung. Sikap yang tidak menurut adab tersebut tidaklah dipandang sebagai bida'ah. Sikap sebegitu hanyalah menyalahi adab Nabi, tidak menyerap cahayanya, serta tidak sesuai dengan adab yang hakiki. Cara mengaplikasikan Sunnah Nabi jenis ini adalah dengan mengikuti segala perbuatan Rasulullah SAW yang mutawati terkait dengan adat, kebiasaan, ataupun hubungan alamiah manusia. Misalnya sunnah yang menerangkan tentang tata cara berbicara, tata cara makan, minum, tidur, atau yang terkait dengan pergaulan. Siapa yang berupaya memperhatikan dan mengikuti sunnah-sunnah baginda yang disebut dengan adab tadi, berarti ia telah mengubah kebiasaannya menjadi ibadah, sekaligus menyerap cahaya adab Nabi SAW. Sebab, sikap memelihara adab yang paling sederhana atau yang paling kecil sekalipun akan mengingatkan kita kepada sifat Rasulullah SAW yang agung, sehingga akan memantulkan cahaya ke dalam kalbu.

Dalam hal ini, sunnah Nabi SAW yang paling penting adalah sunnah Nabi yang menjadi perlambang dan syiar-syiar Islam. Sebab, syiar-syiar tersebut merupakan ibadah umum yang berhubungan dengan masyarakat. Jika dilakukan ia akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Sementara jika ditinggalkan akan membuat seluruh masyarakat  bertanggungjawab. Syiar-syiar semacam ini haruslah dizahirkan dan riak tak masuk dalamnya. Ia lebih penting dari kewajipan-kewajipan yang bersifat peribadi meskipun termasuk jenis perbuatan yang bersifat sunnah.


Nuktah 7:As-Sunnah Merupakan Adab Yang Agung

Sunnah Nabi yang suci tersebut pada hakikatnya merupakan adab yang mulia. Tiada langsung di dalamnya yang tidak mengandung adab dan cahaya. Rasulullah SAW bersabda:
اَدَّبَنِى رَبِّى فَاَحْسَنَ تَاْدِيبِى 
“Tuhanku telah mengajarkan adab padaku dan Dia telah memperelokkan adabku”. 
Ya, sesiapa yang memperhatikan secara meluas sejarah perjalanan hidup Nabi SAW dan mempelajari sunnah baginda yang suci pasti akan mengetahui dengan yakin bahwa Allah Ta’ala telah mengumpulkan seluruh asas-asas dan kaedah-kaedah adab pada diri Nabi SAW. Sehingga, orang yang meninggalkan sunnah baginda bererti telah meninggalkan adab tadi. Sebagai akibatnya, ia terhalang dari kebaikan yang besar, tak mendapat kelembutan Tuhan yang Maha Pemurah, serta terperangkap ke dalam adab yang buruk.

PERTANYAAN Bagaimana cara menampilkan adab di hadapan Dzat Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib, Yang Maha Melihat, Yang tak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya? Sebab ada beberapa keadaan yang membuat manusia malu dan tak mungkin disembunyikan dari-Nya, sementara menyembunyikan keadaan-keadaan yang tak disukai semacam itu termasuk adab pula.

JAWAPAN PERTAMA: Sebagaimana Allah Sang Maha Pencipta Yang Agung ingin memperlihatkan ciptaan-Nya dengan bentuk yang indah dalam pandangan makhluk-Nya, meletakkan hal-hal yang tidak disukai dalam tirai hijab-Nya, serta menghiasi nikmat-nikmat-Nya agar disenangi oleh penglihatan manusia, maka Allah juga meminta kepada para makhluk dan hamba-Nya untuk tampil dalam bentuk terbaik. Sebab kalau mereka tampil dalam keadaan yang buruk, maka hal itu bertentangan dengan adab yang indah serta bertentangan dengan kesucian nama-nama-Nya seperti Yang Maha Indah, Yang Maha Menghiasi, Yang Maha Lembut, dan Yang Maha Bijaksana. Demikianlah, adab-adab yang terdapat dalam sunnah Nabi SAW merupakan ekspresi adab yang suci seperti yang terkandung dalam nama-nama Tuhan yang mulia.

JAWAPAN KEDUA: Seorang doktor tentu diperbolehkan untuk melihat bahagian tubuh yang terlarang untuk dilihat, sesuai dengan tugas kedoktoran. Bahkan dalam keadaan darurat, ia diharuskan menyingkap tempat tersebut. Tindakan tersebut tidak dianggap sebagai tindakan yang melanggar adab. Tetapi dianggap sebagai proses rawatan. Hanya saja doktor tersebut tidak boleh melihat tempat-tempat terlarang tadi dalam kemampuannya sebagai orang biasa, jurunasihat, atau ulama. Ia dilarang keras daripada menyingkap tempat tersebut jika dalam keadaan seperti itu. Bahkan tindakan tersebut itu termasuk tindakan yang tidak punya malu (biadab).

Allah memiliki perumpamaan yang paling mulia. Dia, Sang Pencipta Yang Maha Agung, memiliki banyak nama yang baik. Setiap nama mempunyai tampilan sendiri. Misalnya nama al-Ghaffar, menimbulkan akibat mempunyai dosa. Nama as-Sattar memperlihatkan hasil adanya kesalahan. Dan nama al-Jamil menunjukkan ketidaksukaan Tuhan untuk melihat keburukan. Nama-nama Tuhan yang indah seperti al-Lathifal-Karimal-Hakim , ar-Rahim mengharuskan semua entiti tampil dalam bentuk yang paling bagus dan keadaan yang sebaik-baiknya. Nama-nama yang indah dan sempurna itu mengharuskan adanya penampakkan keindahan-Nya dengan memberikan berbagai sifat indah pada setiap entiti serta bagaimana mereka memiliki adab-adab yang mulia di hadapan para malaikat, para makhluk ghaib, jin, dan manusia.

Demikianlah, adab-adab yang terdapat dalam Sunnah Nabi SAW menjadi petunjuk atas adab-adab yang mulia tersebut berserta aturan dan contoh-contohnya.


Dipnot

  1. Hadis Sahih. la adalah sebahagian dari hadis yang telah diriwayatkan oleh Ahmad (3:310, 311, 337, 338 & 371). Juga oleh Muslim, Jum‘a, (43:867); an-Nasa’i, ‘Idayn, (3:188); Abu Da’ud, Sunna (5); Ibn Majah, Muqaddima, 6 (7:45); al-Baihaqi dalam as-Sunnan (3:213 & 214);  Darimi, Muqaddima (16:23) dan Musnad, iii (310,371) & iv (126,127), dan lain-lain dari beberapa jalur yang kesemuanya bersumber daripada Jabir r.a. Tambahan lafal “Setiap kesesatan adalah di neraka” ditemukan pada riwayat an-Nasa’i saja. 

  2. Hadis di atas maknanya benar. Ia diriwayatkan oleh Ibn as-Sam’ani dalam Adab al-Imla’ dari Ibn Mas’ud. Menurut Ibn Taimiyah (18: 370), makna hadis di atas benar. hanya saja belum didapat sanad yang kuat dari hadis tersebut. Hal ini dikuatkan oleh as-Sakhawi dan as-Suyuti. Lihat Kasyful Khafa, 1: 70 dan Silsikh al-Ahadis adh-Dhoifah 72 . Juga oleh al-Munawi, Fayd al-Qadir, i, 224; Ibn Taymiyya, Majmu’ Fatawa, xviii, 375; al-‘Ajluni, Kasyf al-Khafa’, i, 70.