abcd

Yoppa

nuffnang

Lamaah Ke-11

Nuktah 4: Rohani Bersumber Pada Peringatan Mati


Pada suatu ketika, saya terlihat diri berada didalam dunia ghaib aneh yang timbul dari keadaan minda yang dilahirkan oleh renungan terhadap kematian yang mengesahkan kenyataan اَلْمَوْتُ حَقٌّ; terhadap kefanaan dunia. Saya saksikan diri sendiri seperti satu tubuh jenazah yang berdiri di hadapan tiga jenazah penting yang besar. Yaitu:

Salah satunya: Aku merupakan batu nisan dihadapan ‘jenazah’ bagi seluruh makhluk bernyawa; yang pernah berhubung denganku sepanjang kehidupanku, yang telah mati dan berlalu, serta telah memasuki kuburan pada masa lalu. 
Yang Kedua: Diatas kubur muka bumi bagi kurun ini; aku merupakan batu nisan di atas ‘jenazah besar’ bagi keseluruhan jenis makhluk bernyawa, yang yerkubur didalam kuburan masa lalu. Tentang hubungan dengan kehidupan seluruh umat manusia, aku hanyalah satu titik yang segera akan lenyap dan seekor semut kecil yang segera mati. 
Yang KetigaOleh kerana kematian alam semesta merupakan suatu kepastian pada kiamat, maka ia merupakan realiti yang telah berlaku pada pandanganku. Selain melihat diriku berada dalam kedahsyatan akibat sekarat jenazah besar itu; dalam kekeluan dan kekaguman pada kematian jenazah tersebut; pada kematianku sendiri jua, yang pasti akan berlaku pada masa akan datang, seolah-olah terjadi ketika itu. Sesuai dengan rahsia firman Allah فَاِنْ تَوَلَّوْا. pada kematian diriku, semua entiti dan semua yang kukasihi; berpaling pergi dariku dan meninggalkan aku sendirian.Aku merasa seolah-olah jiwaku dibawa terbang menuju ke masa depan disamping keabadian seumpama gambaran lautan luas yang tiada penghujung. Samada ia kehendaki ataupun tidak, ia pasti akan dijatuhkan ke dalam lautan samudera itu..

Sementara itu, di saat aku berada dalam kegoncangan spiritual dan kesedihan mendalam yang menjerat kalbu, tiba-tiba bantuan dari al-Quran dan iman datang kepadaku. Al-Quran menghiburku dengan firman-Nya, 
فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِىَ اللهُ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ 
Ayat ini pun kemudian bagaikan perahu penyelamat yang memberikan kedamaian dan ketenangan. Akhirnya jiwa ini menjadi aman dan tenteram dalam naungan ayat yang mulia itu. Pada saat tersebut aku memahami bahwa ada makna tersirat (isyarat) yang dikandung oleh ayat di atas selain maksud tersuratnya. Maksudnya itu menghibur jiwa, sehingga aku mendapat ketenteraman dan kebahagiaan.

Ya, maksud tersurat dari ayat tersebut menegaskan kepada Rasulullah SAW, “jika kaum yang sesat itu enggan mendengar al-Quran serta berpaling dari syariat dan sunnahmu, tidak usah kau bersedih dan risau. Katakanlah, ‘Cukup Allah bagiku’. Dia yang mencukupiku dan aku pun pasrah kepada-Nya. Dialah yang menjamin akan menggantikan kalian dengan orang-orang yang mau mengikutiku. Arasy-Nya yang agung meliputi segala sesuatu. Tak ada pengingkar yang dapat lari dari-Nya. Serta, orang-orang yang meminta bantuan-Nya pasti akan dibantu-Nya”,

Jika maksud dan ayat di atas menyebutkan hal tersebut, maksud tersiratnya berbunyi sebagai berikut:
Wahai manusia, wahai yang menggenggam tongkat kepemimpinan dan petunjuk bagi manusia, andai semua entitas meninggalkanmu dan lenyap dalam kefanaan, andai semua makhluk berpisah dan menuju kepada jalan kematian, andai seluruh manusia pergi meninggalkanmu dan mendiami pekuburan, andai mereka yang lalai dan sesat berpaling tak mau mendengarkanmu serta terperosok ke dalam kegelapan, janganlah kau risau! Tetapi ucapkanlah, Cukup Allah bagiku. Dialah Dzat Yang Maha mencukupiku. Kerana Dia Wujud, maka segala sesuatu menjadi wujud. Kerana itu, mereka yang telah pergi sebenarnya tidak menuju kepada ketiadaan, tapi pergi menuju kepada kerajaan lain milik Tuhan Pemelihara alam semesta. Sebagai gantinya, Dia akan mengirim pasukan yang tak terhitung banyaknya. Kemudian, mereka yang mendiami kuburan tidak musnah. Namun berpindah ke alam lain. Lalu sebagai ganti dari mereka, Allah akan mengutus petugas lain . Dialah Y ang berkuasa mengirim orang-orang yang taat meniti jalan yang lurus sebagai ganti dari kaum yang tersesat yang telah pergi dari dunia ini. Dengan demikian, Dia adalah Wakil, dan Pengganti dari segala sesuatu. Sementara segala sesuatu tak mungkin menggantikan-Nya, serta tak mungkin dapat menggantikan salah satu bagian dari kelembutan dan kasih sayang-Nya terhadap para makhluk dan para hamba taat meniti jalan yang lurus sebagai ganti dari kaum yang tersesat yang telah pergi dari dunia ini. Dengan demikian, Dia adalah Wakil, dan Pengganti dari segala sesuatu. Sementara segala sesuatu tak mungkin menggantikan-Nya, serta tak mungkin dapat menggantikan salah satu bagian dari kelembutan dan kasih sayang-Nya terhadap para makhluk dan para hamba .

Demikianlah tiga macam jenazah yang kudapat dari makna simbolis di atas berubah kepada bentuk lain yang indah, yaitu bahwa seluruh entitas saling mengisi. Mereka datang dan pergi dalam sebuah perjalanan mulia. Sebuah pengabdian yang terus-menerus, pengisian kewajiban yang terus terbaharui, titian wisata yang penuh dengan hikmah, perjalanan yang penuh dengan pelajaran, pelancongan penting dalam naungan aturan Sang Maha Bijak, Sang Maha Pengasih, Sang Maha Adil Yang Maha Berkuasa dan Maha Memiliki keagungan, serta dalam lingkup pemeliharaan Tuhan Yang Agung, kebijaksanaan-Nya yang mendalam, dan rahmat-Nya yang luas.


Nuktah 5: Sikap Pegangan As-Sunnah Bukti Cinta Pada Allah

Allah Ta’ala berfirman:

Katakanlah, jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian . Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (Ali Imran [3]: 31)
Ayat yang mulia ini secara tegas menyatakan betapa pentingnya dan betapa perlunya mengikuti sunnah Nabi SAW. Ayat al-Quran tersebut berisi analogi yang paling tepat dan paling jelas. Contoh dari jenis analogi semacam itu adalah, “Jika matahari terbit akan ada siang”. Pandangan positif dari pernyataan itu adalah, “Matahari terbit, maka siang pun ada”. Sementara pandangan negatifnya adalah, “Siang tak ada, bererti matahari tak terbit”. Dua pandangan tersebut dalam pengetahuan logik sangat tegas dan pasti.

Demikianlah ayat tersebut menegaskan, “jika kalian memiliki kecintaan kepada Allah Ta’ala, kalian harus mengikuti HabibullLah. Jika tidak mau mengikuti berarti kalian tidak mencintai Allah. Sebab, kalau benar-benar ada rasa cinta, pasti rasa cinta itu melahirkan sikap meneladani Sunnah HabibulLah”. Ya, orang yang beriman kepada Allah pasti mentaati-Nya. Dan tak diragukan lagi, jalan  yang paling singkat, yang paling dapat diterima, dan yang paling lurus di antara jalan ketaatan yang dapat menghubungkan manusia kepada-Nya adalah jalan yang ditempuh dan dijelaskan oleh kekasih Allah, iaitu Nabi SAW. Sang Maha Pemurah, Pemilik keindahan Yang telah memenuhi alam ini dengan berbagai nikmat dan karunia berlimpah, sangat layak mendapatkan rasa syukur dari mereka yang menyedari segala nikmat tersebut. Sang Maha Bijaksana Yang Maha Agung, Yang telah menghiasi alam ini dengan berbagai mukjizat ciptaan-Nya tentu akan mengangkat orang pilihan dan istimewa sebagai penerima wahyu-Nya, penterjemah perintah-perintah-Nya, penyampai kepada para hamba-Nya, dan pemimpin bagi mereka.

Sang Maha Indah dan Maha Sempurna, yang telah menjadikan alam ini sebagai manifestasi dari keindahan dan kesempurnaan-Nya yang tak terhingga tentu saja akan menganugerahkan kepada sosok yang paling menghimpun segala keindahan yang diciptakan-Nya dan paling mampu menampilkan kewujudan, kesempurnaan, dan nama-nama-Nya yang mulia. Dia akan memberikan kepadanya keadaan terbaik untuk menyembah kepada-Nya seraya menjadikannya sebagai teladan terbaik bagi orang lain dan mendorong mereka untuk mengikutinya. Hal itu dimaksudkan agar kelembutan dan keindahan-Nya zahir bagi mereka.

Kesimpulan: Perkaitan rasa cinta kepada Allah  adalah dengan mengikuti sunnah Nabi SAW. Kerana itu, berbahagialah bagi mereka yang dapat mengikuti baginda. Sebaliknya, celakalah mereka yang tak menghargai sunnah Nabi SAW. sehingga ia kemudian jatuh ke dalam bida’ah.